Skip to document

Makalah kearifan lokal

wwww
Academic year: 2012/2013
Uploaded by:
0followers
2Uploads
204upvotes

Comments

Please sign in or register to post comments.

Preview text

BAB I

PENDAHULUAN

1 Latar Belakang

Perubahan adalah keniscayaan dalam kehidupan manusia. Perubahan-perubahan yang terjadi bukan saja berhubungan dengan lingkungan fisik, tetapi juga dengan budaya manusia. Hubungan erat antara manusia dan lingkungan kehidupan fisiknya itulah yang melahirkan budaya manusia. Budaya lahir karena kemampuan manusia mensiasati lingkungan hidupnya agar tetap layak untuk ditinggali waktu demi waktu. Kebudayaan dipandang sebagai manifestasi kehidupan setiap orang atau kelompok orang yang selalu mengubah alam. Kebudayaan merupakan usaha manusia, perjuangan setiap orang atau kelompok dalam menentukan hari depannya. Kebudayaan merupakan aktivitas yang dapat diarahkan dan direncanakan. Oleh sebab itu dituntut adanya kemampuan, kreativitas, dan penemuan- penemuan baru. Manusia tidak hanya membiarkan diri dalam kehidupan lama melainkan dituntut mencari jalan baru dalam mencapai kehidupan yang lebih manusiawi. Dasar dan arah yang dituju dalam perencanaan kebudayaan adalah manusia sendiri sehingga humanisasi menjadi kerangka dasar dalam strategi kebudayaan. Pengertian Kearifan Lokal dilihat dari kamus Inggris Indonesia, terdiri dari 2 kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Local berarti setempat dan wisdom sama dengan kebijaksanaan. Dengan kata lain maka local wisdom dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilai-nilai, pandangan-pandangan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Dalam disiplin antropologi dikenal istilah local genius. Local genius ini merupakan istilah yang mula pertama dikenalkan oleh Quaritch Wales. Para antropolog membahas secara panjang lebar pengertian local genius ini (Ayatrohaedi, 1986). Antara lain Haryati Soebadio mengatakan

bahwa local genius adalah juga cultural identity, identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, 1986:18-19). Sementara Moendardjito (dalam Ayatrohaedi, 1986:40-41) mengatakan bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai local genius karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang. Kelompok kami membahas mengenai kearifan lokal di latar belakangi oleh Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari beribu pulau,budaya,suku bangsa, bahasa, adat istiadat serta terdiri dari beberapa agama. oleh sebab itulah kami angkat judul ini mengingat agar kaum muda penerus bangsa dapat mempertahankan kearifan lokal yang sudah dari dulu ada seiring dengan perkembangan zaman dan globalisasi saat ini. diharapkan agar anak muda di Indonesia tidak terlena dengan perkembangan zaman yang serba praktis di dunai yang super canggih dan sudah modern akibat berkembangnya dunia teknoligi dan informasi.

1 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan kearifan lokal? 2. Apa saja Tipe Kearifan lokal? 3. Apa maanfaat kearifan lokal? 4. Apa saja contoh kearifan lokal yang ada di Indonesia? 5. Apa saja tantangan kearifan lokal? 1 Tujuan Penulisan

  1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kearifan lokal?
  2. Mengetahui tipe kearifan lokal?
  3. Mengetahui maanfaat kearifan lokal
  4. Mengetahui contoh kearifan lokal yang ada di Indonesia
  5. mengetahui tantangan kearifan lokal

tradisi yang diterima secara universal oleh masyarakat, khususnya dalam berarsitektur. Nilai tradisi untuk menselaraskan kehidupan manusia dengan cara menghargai, memelihara dan melestarikan alam lingkungan. Hal ini dapat dilihat bahwa semakin adanya penyempurnaan arti dan saling mendukung, yang intinya adalah memahami bakat dan potensi alam tempatnya hidup; dan diwujudkannya sebagai tradisi. Menurut Putu Oka Ngakan dalam Andi M. Akhmar dan Syarifudin (2007) kearifan local merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif. Maka dari itu kearifan lokal tidaklah sama pada tempat dan waktu yang berbeda dan suku yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh tantangan alam dan kebutuhan hidupnya berbeda-beda, sehingga pengalamannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memunculkan berbagai sistem pengetahuan baik yang berhubungan dengan lingkungan maupun sosial. Sebagai salah satu bentuk perilaku manusia, kearifan lokal bukanlah suatu hal yang statis melainkan berubah sejalan dengan waktu, tergantung dari tatanan dan ikatan sosial budaya yang ada di masyarakat. Sementara itu Keraf (2002) menegaskan bahwa kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Semua bentuk kearifan lokal ini dihayati, dipraktekkan, diajarkan dan diwariskan dari generasi ke generasi sekaligus membentuk pola perilaku manusia terhadap sesama manusia, alam maupun gaib. Selanjutnya Francis Wahono (2005) menjelaskan bahwa kearifan lokal adalah kepandaian dan strategi-strategi pengelolaan alam semesta dalam menjaga keseimbangan ekologis yang sudah berabad-abad teruji oleh berbagai bencana dan kendala serta keteledoran manusia. Kearifan local tidak hanya berhenti pada etika, tetapi sampai pada norma dan tindakan dan tingkah laku, sehingga kearifan lokal dapat menjadi seperti religi yang memedomani manusia dalam bersikap dan bertindak, baik dalam konteks

kehidupan sehari-hari maupun menentukan peradaban manusia yang lebih jauh. Definisi kearifan lokal secara bebas dapat diartikan nilai-nilai budaya yang baik yang ada di dalam suatu masyarakat. Hal ini berarti, untuk mengetahui suatu kearifan lokal di suatu wilayah maka kita harus bisa memahami nilai-nilai budaya yang baik yang ada di dalam wilayah tersebut. Kalau mau jujur, sebenarnya nilai-nilai kearifan lokal ini sudah diajarkan secara turun temurun oleh orang tua kita kepada kita selaku anak-anaknya. Budaya gotong royong, saling menghormati dan tepa salira merupakan contoh kecil dari kearifan lokal. . Dari definisi-definisi itu, kita dapat memahami bahwa kearifan lokal adalah pengetahuan yang dikembangkan oleh para leluhur dalam mensiasati lingkungan hidup sekitar mereka, menjadikan pengetahuan itu sebagai bagian dari budaya dan memperkenalkan serta meneruskan itu dari generasi ke generasi. Beberapa bentuk pengetahuan tradisional itu muncul lewat cerita- cerita, legenda-legenda, nyanyian-nyanyian, ritual-ritual, dan juga aturan atau hukum setempat. Kearifan lokal menjadi penting dan bermanfaat hanya ketika masyarakat lokal yang mewarisi sistem pengetahuan itu mau menerima dan mengklaim hal itu sebagai bagian dari kehidupan mereka. Dengan cara itulah, kearifan lokal dapat disebut sebagai jiwa dari budaya lokal. Hal itu dapat dilihat dari ekspresi kearifan lokal dalam kehidupan setiap hari karena telah terinternalisasi dengan sangat baik. Tiap bagian dari kehidupan masyarakat lokal diarahkan secara arif berdasarkan sistem pengetahuan mereka, dimana tidak hanya bermanfaat dalam aktifitas keseharian dan interaksi dengan sesama saja, tetapi juga dalam situasi-situasi yang tidak terduga seperti bencana yang datang tiba-tiba.

2 Fungsi Kearifan Lokal Setidaknya ada enam signifikasi serta fungsi sebuah kearifan lokal. Diantaranya :

  1. Sebagai penanda identitas sebuah komunitas.
  2. Elemen perekat (aspek kohesif) lintas warga, lintas agama dan kepercayaan.
  3. Kearifan lokal tidak bersifat memaksa atau dari atas (top down), tetapi sebuah unsur kultural yang ada dan hidup dalam masyarakat. Karena itu, daya ikatnya lebih mengena dan bertahan.
  4. Kearifan lokal memberikan warna kebersamaan bagi sebuah komunitas.
  5. Local wisdom akan mengubah pola pikir dan hubungan timbal balik individu dan kelompok dengan meletakkannya di atas common ground/ kebudayaan yang dimiliki.
  6. Kearifan lokal dapat berfungsi mendorong terbangunnya kebersamaan, apresiasi sekaligus sebagai sebuah mekanisme bersama untuk menepis berbagai kemungkinan yang meredusir, bahkan merusak, solidaritas komunal, yang dipercayai berasal dan tumbuh di atas kesadaran bersama, dari sebuah komunitas terintegrasi.

Keenam fungsi kearifan lokal yang diurai di atas menegaskan pentingnya pendekatan yang berbasis pada nilai-nilai atau kearifan lokal (local wisdom), dimana sumber-sumber budaya menjadi penanda identitas bagi kelangsungan hidup sebuah kelompok maupun aliran kepercayaan.

2 Contoh-contoh nyata Kearifan Lokal di dalam sebuah masyarakat Kearifan Lokal Jawa Tengah Budaya Jawa mempunyai peranan penting dalam budaya Indonesia, termasuk bahasanya. Bahasa Jawa menjadi salah satu pendukung atau pemerkaya bahasa Indonesia. Kearifan lokal budaya Jawa pada umumnya dapat dilihat melalui pemahaman dan perilaku masyarakat Jawa. Pemahaman dan perilaku itu

dapat dilihat melalui (1) norma-norma lokal yang dikembangkan, seperti laku Jawa, pantangan dan kewajiban, (2) ritual dan tradisi masyarakat Jawa serta makna di baliknya, (3) lagu-lagu rakyat, legenda, mitos, dan cerita rakyat Jawa yang biasanya mengandung pelajaran atau pesan-pesan tertentu yang hanya dikenali oleh masyarakat Jawa, (4) informasi data dan pengetahuan yang terhimpun pada diri sesepuh masyarakat, pemimpin spiritual, (5) manuskrip atau kitab-kitab kuno yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat Jawa, (7) cara-cara komunitas lokal masyarakat Jawa dalam memenuhi kehidupannya sehari-hari, (8) alat dan bahan yang dipergunakan untuk kebutuhan tertentu, dan (9) kondisi sumber daya alam atau lingkungan yang biasa dimanfaatkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari (Sartini, 2004). Contoh kearifan lokal budaya Jawa adalah konsep pranata mangsa. Masyarakat petani dahulu mengenal konsep itu untuk melakukan kegiatan dalam bercocok tanam. Konsep itu ternyata sudah dikenal oleh masyarakat Jawa sejak abad ke-17. Hal ini dapat dilihat dari serat Centhini karya Pujangga Pakubuwana V yang memuat konsep tersebut. Dengan konsep itu petani mengetahui kapan harus menanam padi, kapan menanam palawija dan sebagianya. Dengan pranata mangsa petani mengikuti keseimbangan alam sehingga budi daya akan berjalan efektif. Contoh penggunaan pranata mangsa, petani melaksanakan panen pada mangsa ke- 9 bertepatan dengan keluarnya ular dan burung pemakan serangga. Ular dan burung merupakan predator bagi tikus dan wereng. Konsep ini akan menghasilkan keseimbangan lingkungan yang efektif.

Berikut ini beberapa contoh kearifan lokal Jawa :

  1. Orang Jawa melakukan upacara wiwitan sebelum panen padi sehingga ada pelajaran untuk membiasakan memilih benih unggul buatannya sendiri sebelum dilakukan pemanenan padi yang akan diperjualbelikan atau untuk konsumsi. Menyiapkan benih unggul adalah sangat penting bagi keberlanjutan usaha tani.

  2. Di desa-desa masa lalu Jawa selalu ada tempat yang disebut punden berupa hutan lebat dan disampingnya adalah makam. Segala jenis tanaman yang tumbuh

mereka tunduk patuh pada kehendak penguasa sehingga hak petani untuk mengekspresikan sikap dan kehendaknya terabaikan.

  1. Teknologi Modern dan Budaya Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang cepat menyebabkan kebudayaan berubah dengan cepat pula. Selanjutnya Su Ritohardoyo (2006:42) menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi pada masyarakat yang kebudayaannya sudah maju atau kompleks, biasanya terwujud dalam proses penemuan (discovery), penciptaan baru (invention), dan melalui proses difusi (persebaran unsur-unsur kebudayaan). Perkembangan yang terwujud karena adanya inovasi (discovery maupun invention) dan difusi inovasi mempercepat proses teknologi, industrialisasi dan urbanisasi. Ketiga komponen tersebut secara bersama menghasilkan proses modernisasi dalam suatu masyarakat yang bersangkutan. Teknologi modern secara disadari atau tidak oleh masyarakat, sebenarnya menciptakan keinginan dan harapan-harapan baru dan memberikan cara yang memungkinkan adanya peningkatan kesejahteraan manusia. Melihat kenyataan tersebut maka mudah dipahami mengapa cita- cita tentang teknologi lokal cenderung diabaikan, karena kebanyakan orang beranggapan bahwa teknologi modern selalu memiliki tingkat percepatan yang jauh lebih dinamis. Menurut Budisusilo dalam Francis Wahono(2005:217) teknologi lokal sebagai penguatan kehidupan manusia sesungguhnya memiliki percepatan yang cukup dinamis, misalnya dalam menciptakan lapangan kerja dan memenuhi kebutuhan dasar. Selain menggusur pengetahuan dan teknologi lokal teknologi modern dan seluruh sistem kelembagaannya juga mempunyai potensi “perusakan seperti pembagian hasil yang timpang, pencemaran lingkungan alam dan perusakan sistem nilai sosial-budaya masyarakat. Banyak media informasi dan komunikasi dengan gencarnya menawarkan produk berikut gaya hidup, gaya konsumsi, dan berbagai sarana hidup yang dianggap sebagai tolok ukur kemajuan dan kebahagiaan

yang belum pernah dijumpai sebelumnya. Budisusilo dalam Francis Wahono (2005:218) menjelaskan sebagai akibat perkembangan teknologi produksi yang pesat, baik pada sektor pertanian (bioteknologi dan mekanisasi), sektor industri (manufaktur dan eksplorasi alam), maupun sektor jasa (transportasi, medis, laboratoris, komunikasi dan informasi), masyarakat pun menjadi terbiasa menikmati produk barang dan jasa yang bersifat massif dengan efisiensi teknis, kualitas dan jenis yang sama pada semua belahan bumi. Di samping itu ketersediaan akses pada jaringan pemasaran seperti : hypermarket, supermarket, minimarket bahkan traditional market yang ditopang oleh fasilitas/alat bayar yang mudah dan cepat seperti telemarket, cybermarket telah merubah budaya dan kebiasaan baru sejumlah kalangan masyarakat. Pada gilirannya teknologi modern menjadi “standard produksi bagi pasar dunia” yang mengabaikan kemampuan penguasaan teknologi/pengetahuan keanekaragaman sumberdaya lokal. Percepatan integrasi tersebut telah seperti meningkatnya jumlah pengangguran, kemiskinan, marginalisasi nilai kemanusiaan, krisis lingkungan, kerusakan dan konflik sumberdaya alam dan lingkungan.

  1. Modal Besar Eksploitasi terhadap sumberdaya alam dan lingkungan sekarang ini telah sampai pada titik kritis, yang menimbulkan berbagai masalah lingkungan dan masyarakat. Di samping masalah lingkungan yang terjadi di wilayah-wilayah dimana dilakukan eksploitasi sumberdaya alam, sebenarnya terdapat masalah kemanusiaan, yaitu tersingkirnya masyarakat asli (indigenous people) yang tinggal di dalam dan sekitar wilayah eksploitasi baik eksploitasi sumberdaya hutan, sumberdaya laut, maupun hasil tambang. Mereka yang telah turun temurun tinggal dan menggantungkan kehidupannya pada hutan maupun laut, sekarang seiring dengan masuknya modal besar baik secara legal maupun illegal yang telah

yang bersumber dari kemiskinan dan kesenjangan atau kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan pokok, sering kali tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan dengan faktor lain. Kemiskinan bukan saja menjadi masalah di Indonesia, tetapi juga di banyak Negara berkembang. Kemiskinan juga mempengaruhi orang bertindak untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, meskipun tindakan tersebut kadang bertentangan dengan aturan atau norma-norma yang sudah ada atau pun berkaitan dengan kerusakan lingkungan.

BAB III

KESIMPULAN

3 Simpulan Kearifan lokal adalah pengetahuan yang dikembangkan oleh para leluhur dalam mensiasati lingkungan hidup sekitar mereka, menjadikan pengetahuan itu sebagai bagian dari budaya dan memperkenalkan serta meneruskan itu dari generasi ke generasi. Beberapa bentuk pengetahuan tradisional itu muncul lewat cerita-cerita, legenda-legenda, nyanyian- nyanyian, ritual-ritual, dan juga aturan atau hukum setempat.

Fungsi kearifan lokal antara lain yaitu Sebagai penanda identitas sebuah komunitas; Elemen perekat (aspek kohesif) lintas warga, lintas agama dan kepercayaan; Kearifan lokal tidak bersifat memaksa atau dari atas (top down); Kearifan lokal memberikan warna kebersamaan bagi sebuah komunitas; Local wisdom akan mengubah pola pikir dan hubungan timbal balik individu dan kelompok dengan meletakkannya di atas common ground/ kebudayaan yang dimiliki; Kearifan lokal dapat berfungsi mendorong terbangunnya kebersamaan

Tantangan kearifan lokal saat ini antara lain Jumlah penduduk yang tinggi; Teknologi modern dan budaya barat; Modal dan eksploitasi besar- besaran.

Wayang adalah salah satu kesenian yang telah ada di Indonesia sejak ajaran Hindhu masih tersebar di seluruh Nusantara. Wayang sendiri mengambil tokoh-tokoh dewa maupun ksatria yang ada dalam agama Hindhu dari India. Petunjukan wayang sampai pada hari ini sudah berumur lebih dari 3000 tahun atau konkritnya pertunjukan wayang ini sudah berumur 3512 tahun yaitu (±1500 SM – 2012). Walaupun pertunjukan wayang sudah berumur lebih dari 3000 tahun, namun masih tetap digemari dan tetap mendarah daging bagi bangsa Indonesia terutama di suku jawa. Wayang adalah seni pertunjukkan asli Indonesia yang berkembang pesat di Pulau Jawa dan Bali. Bahkan UNESCO sebagai lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur ( Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity ). Sebenarnya, pertunjukan boneka tak hanya ada di Indonesia. Banyak negara memiliki pertunjukkan boneka. Namun, pertunjukkan bayangan boneka (Wayang) di Indonesia memiliki gaya tutur dan keunikkan tersendiri, yang merupakan mahakarya asli dari Indonesia. Dan untuk itulah UNESCO memasukannya ke dalam Daftar Warisan Dunia pada tahun 2003.

Wayang adalah seni dekoratif yang merupakan ekspresi kebudayaan nasional. Disamping merupakan ekspresi kebudayaan nasional juga merupakan media pendidikan, media informasi dan media hiburan. Wayang merupakan media pendidikan, karena ditinjau dari segi isinya banyak memberikan ajaran-ajaran kepada manusia sebagai anggota masyarakat. Jadi peran wayang dalam pendidikan yaitu terutama dalam pendididkan budi pekerti besar sekali gunanya. Sehingga wayang perlu dilestarikan dan dikembangakan lagi terutama wayang purwa. Wayang sebagai media hiburan, karena wayang dipakai sebagai pertunjukan di dalam berbagai macam keperluan sebagai hiburan. Selain dihibur para peminatdibudayakan dan diperkaya secara spiritual. Wayang sebagai media informasi, karena dari segi penampilannya sangat komunikatif dalam masyarakat. Dapat dipakai untuk memahami suatu tradisi, dapat dipakai sebagai alat untuk mengadakan pendekatan dengan masyarakat serta memberikan informasi mengenai masalah-masalah kehidupan dan segala seluk-beluknya.

Wayang dapat dipakai sebagai sarana pendidikan terutama pendidikan mental karena di dalamnya benyak tersirat unsur - unsur pendidikan mental dan watak. Untuk

membangun manusia seutuhnya, pembangunan mental adalah penting sekali. Oleh karena itu pengenalan nilai wayang terutama wayang purwa yang banyak orang mengatakan adalah kesenian klasik yang Adi luhung , perlu digalakan.”Mengapa wayang yang sudah lebih dari 3000 tahun masih tetap mendarah daging, digemari dan dhayati serta dijunjung tinggi oleh masyarakat?”.Jawabnya, karena pertunjukan wayang itu berisi hal-hal yang diperlukan dalam kehidupan manusia.. Baik dalam lapangan mental (batiniah) ataupun dalam lapangan mental (bathiniah). Gagasan tentang wayang telah ada sebelum kebudayaan Hindu masuk kejawa. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa wayang merupakan ciptaan asli orang Jawa. Dasar penciptaanya adalah kepercayann terhadap kekuatan gaib yang datang dari roh nenek moyang. Kepercayaan seperti itu disebut kepercayaan animisme. Namun saat ini untuk pertunjukan wayang sendiri memang mengalami kemrosotan dalam hal penggemar oleh masyarakat kita terutama kaum muda, hal tersebut dikarena banyak pilihan hiburan lain. Mungkin wayang kulit mereka anggap membosankan. Seolah wayang kulit sudah memasuki masa sekarat. Sehingga wayang sebagai salah satu karakteristik bangsa Indonesia perlu dilestarikan agar tidak hilang terkena pengaruh perubahan zaman yang kian modern. Karena saat ini tak banyak lagi yang menggandrungi kesenian tradisional ini. Terlebih melestarikannya dengan mempelajari kesenian yang wayang ini. Yang menjadi pertanyaan apakah pengakuan atas warisan budaya ini bangsa Indonesia terutama generasi mudanya sendiri mengerti apa itu wayang dan filosofi dibaliknya? Padahal wayang merupakan salah satu budaya yang ditujukan pada masyarakat serta generasi muda Indonesia agar lebih mengerti nilai luhur, agung serta kearifan lokal dibaliknya. Pembahasan

A. Pengertian Wayang

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, pengertian wayang yaitu wayang merupakan boneka tiruan orang yg terbuat dari pahatan kulit atau kayu dan sebagainya yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh. Kata wayang (bahasa Jawa), bervariasi dengan kata bayang, yang berarti bayangan, seperti halnya kata watu dan batu, yang berarti batu dan kata wuri dan buri, yang berarti belakang. Pengertian bayang-bayang/bayangan yang

Secara fisik dunia pewayangan dilengkapi dengan layar (kelir) yang diibaratkan sebagai ruang (atara bumi dan langit), batang pisang ( dhebog ) sebagai bumi (tanah), dan lampu sebagai sinar matahari. Dalam dunia pewayangan pemrakarsanya disebut ”Ki Dalang”, sedangkan penata dan penabuh gamelan (musik) disebut niaga. Ki dalang memiliki makna seseorang yang mampu ngudal (telaah) piwulang (keilmuan) , yaitu mengungkap pengetahuan, kisah-kisah dalam andegan lakon (ceritera) wayang.

B. Jenis dan Perkembangan Wayang

Jenis wayang di Indonesia ada berbagai macam diantaranya yaitu wayang beber, wayang purwa, wayang madya, wayang gedog, wayang menak, wayang babad, wayang modern dan wayang topeng Beber merupakan wayang yang paling tua usianya yang berasal dari zaman Hindu di Jawa. Pertunjukan wayang beber dilakukan dengan pembacaan cerita dan peragaan gambar-gambar yang melukiskan kejadian - kejadian atau adegan penting dalam cerita yang dimaksud yang terlukis pada kertas. Dan pada gulungan kertas tersebut menunjukan isi dari cerita yang akan dipentaskan. Pada saat ini pertunjukan wayang beber dapat dikatakan telah punah, karena lukisan mengenai wayang tersebut sudah tidak dibuat lagi sedang dalang-dalang untuk pementasannya sudah tidak diproduksi lagi. Wayang purwa ialah pertunjukan wayang yang pementasan ceritanya bersumber pada kitab Mahabharata atau Ramayana. Wayang purwa ini dapat berupa wayang kulit, wayang golek atau wayang wong (orang). Para ahli berpendapat bahwa istila purwa berasal dari kata”parwa” yang artinya bagian dari cerita Mahabharata atau Ramayana. Namun dikalangan masyarakat jawa terutama orang tua purwa sering diartikan purba atau zaman dahulu. Wayang Madya yaitu wayang yang muncul setelah wayang purwa yang diciptakan atas gagasan Sri Mangkunegoro yang menggambarkan wayang purwa pada badan-tengah sedang dari badan-tengah kebawah berwujud wayang gedog. Wayang ini memakai keris dan dibuat dari kulit, ditatah dan disungging. Dicipta pada waktu Pangeran Adipati Mangkunegoro IV (1843-1881) dan berusaha menggabungkan semua jenis wayang yang ada menjadi satu kesatuan yang berangkai serta semua disesuaikan dengan sejarah Jawa sejak beberapa abad yang lalu sampai masuknya agama Islam di Jawa yang diolah secara kronologis. Kemudian Wayang Gedog yang oleh sarjana-sarjana

barat ditafsirkan sebagai kandang kuda (bahasa Jawa: gedogan = Kandang Kuda). Penafsiran lain ialah bahwa kata gedog tersebut merupakan batas antra siklus wayang Purwa yang mengambil seri cerita Mahabharata dan Ramayana dengan siklus Panji. Selain wayang Purwa, Madya dan Gedog, seniman-seniman Indonesia (Jawa) menciptakan berbagai wayang baru yang pementasannya bersumber pada cerita-cerita babad(sejarah) setelah masuknya agama Islam di Indonesia antara lain kisah-kisah kepahlawanan dalam masa Kerajaan Demak dan Pajang. Wayang-wayang tersebut disebut wayang babad atau wayang sejarah. Dan Pada Zaman Demak, Sunan Kalijaga menciptakab topeng yang mirip dengan wayang Purwa. Topeng tersebut diciptakan pada tahun 1586 (1508 Caka, dengan sengkalan: hangesti sirna yakseng bawana ) yang hingga kini masih tersebar luas dan berkembang sebagai seni budaya tradisional dengan corak tersendiri. Penampilan wayang topeng ini dilakukan bersama dengan pentas wayang Purwa maupun Gedog, sehingga pertunjukan itu dikenal sebagai wayang topeng atau dengan sebutan daerah dimana topeng tersebut berkembang sepert Topeng Losari, Topeng Malang atau Topeng Madura.

Perkembangan wayang biasa disusun berdasarkan suatu periodisasi. Berdasarkan Sumber karangan Mulyono (1978: 296-306) perkembangan wayang di Indonesia dibagi menjadi 5. Yang pertama zaman prasejarah bahwa pertunjukan wayang yang mula-mula berfungsi magis-mitos-religius, sebagai upacara pemujaan pada arwah nenek moyang yang disebut “ hyang ”. Kedatangan arwah nenek moyang ini diwujudkan dalam bentuk bayangan, dan mereka datang oleh karena diminta memberikan restu atau pertolongan. Pada zaman ini belum terdapat kepustakaan wayang sehingga cerita secara lisan diturunkan dari generasi ke generasi. Kedua zaman Mataram I yang pada zaman ini tidak hanya berfungsi magis-mitos-religius, tetapi juga sebagai alat pendidikan dan komunikasi. Cerita diambil dari “Ramayana” dan “Mahabharata” yang sudah diberi sifat local dan bercampur mitos kuno tradhisional (pahlawan-pahlawan dalam kitab-kitab itu menjadi pahlawan-pahlawan dan dewa-dewa mereka, sejajar dengan nenek moyang mereka sendiri).

Ketiga yaitu pada zaman Jawa Timur yang pada zaman ini sudah mencapai bentuk sempurna, sehingga dapat mengharukan hati para penontonnya. Pertunjukan wayang pada zaman ini dilakukkan pada malam hari dirumah-rumah atau tempat yang

Was this document helpful?

Makalah kearifan lokal

Course: Design (-)

Was this document helpful?
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan adalah keniscayaan dalam kehidupan manusia.
Perubahan-perubahan yang terjadi bukan saja berhubungan dengan
lingkungan fisik, tetapi juga dengan budaya manusia. Hubungan erat antara
manusia dan lingkungan kehidupan fisiknya itulah yang melahirkan budaya
manusia. Budaya lahir karena kemampuan manusia mensiasati lingkungan
hidupnya agar tetap layak untuk ditinggali waktu demi waktu. Kebudayaan
dipandang sebagai manifestasi kehidupan setiap orang atau kelompok orang
yang selalu mengubah alam. Kebudayaan merupakan usaha manusia,
perjuangan setiap orang atau kelompok dalam menentukan hari depannya.
Kebudayaan merupakan aktivitas yang dapat diarahkan dan direncanakan.
Oleh sebab itu dituntut adanya kemampuan, kreativitas, dan penemuan-
penemuan baru. Manusia tidak hanya membiarkan diri dalam kehidupan lama
melainkan dituntut mencari jalan baru dalam mencapai kehidupan yang lebih
manusiawi. Dasar dan arah yang dituju dalam perencanaan kebudayaan
adalah manusia sendiri sehingga humanisasi menjadi kerangka dasar dalam
strategi kebudayaan.
Pengertian Kearifan Lokal dilihat dari kamus Inggris Indonesia,
terdiri dari 2 kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Local berarti
setempat dan wisdom sama dengan kebijaksanaan. Dengan kata lain maka
local wisdom dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilai-nilai,
pandangan-pandangan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh
kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota
masyarakatnya. Dalam disiplin antropologi dikenal istilah local genius. Local
genius ini merupakan istilah yang mula pertama dikenalkan oleh Quaritch
Wales. Para antropolog membahas secara panjang lebar pengertian local
genius ini (Ayatrohaedi, 1986). Antara lain Haryati Soebadio mengatakan
1